Senin, 21 Februari 2011

11 Mei 2010

Proses hukum kasus ijazah palsu yang melibatkan Bupati Sragen, Untung Wiyono sampai saat berita ini ditulis belum ada perkembangan yang berarti. Ketidakpastian dari penanganan kasus tersebut membuat masyarakat yang tergabung dalam 48 Ormas dan LSM serta 22 partai politik turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa.
Aksi yang diikuti oleh ribuan orang tersebut terjadi pada Selasa, 11 Mei 2010 lalu. Massa demonstran berangkat dari dua arah, timur dan barat. Dari arah timur berasal dari Forkos dan FKPPI, sedangkan dari arah barat gabungan dari berbagai elemen yang terdiri dari berbagai Ormas/LSM, rombongan sepeda motor dan beberapa angkutan pedesaan.
Sekitar pukul 10.00 WIB, massa dari barat berangkat dari Posko LSM LINTAS. Keberangkatan mereka membuat Jalan Raya Sukowati macet total. Dalam perjalanan menuju Pemda Sragen, mereka membakar ban bekas di depan Rumah Dinas Wakil Bupati Sragen, di pertigaan barat BRI Sragen, di Perempatan Poltas Sragen dan di depan Pemda Sragen. Sedangkan dari arah timur juga membakar ban bekas di depan Rumah Dinas Bupati Sragen, Pertigaan barat Matahari Sragen dan perempatan Pemda Sragen.
Kedua massa tersebut bertemu dan berkumpul di depan Pemda Sragen, tanpa melakukan orasi seperti biasanya, demonstran langsung melakukan aksi membakar ban bekas dan memukuli serta menarik kawat berduri ke sisi selatan jalan. Demonstran sempat kesulitan menarik kawat berduri yang berada di dekat pos polisi yang ada di depan Pemda, karena kawat berduri tersebut diikat dengan tiang rambu-rambu lalu lintas oleh polisi. Tak kekurangan akal, massa yang sudah mulai beringas ini menarik kawat berduri dari sisi timur Pemda ke arah selatan dan dikumpulkan menutupi jalan.
Sekitar pukul 11.00 WIB, aksi semakin memanas, massa yang sempat mendekati Pemda di sisi selatan dan depan pintu Pemda Sragen sisi barat dihadang oleh Dalmas dan sempat terjadi aksi dorong-mendorong, akhirnya massa kembali ke sisi selatan jalan. Namun, mereka tidak berhenti begitu saja, mereka kemudian melempari aparat dengan telur busuk dan batu yang berasal dari pot bunga yang dipecahkan. Dalam aksi dorong-mendorong tersebut salah satu anggota Dalmas sempat pingsan dan dibawa ke belakang.
Lemparan telur busuk dan pecahan pot bunga oleh demonstran sempat merepotkan aparat Dalmas yang melindungi diri dengan tameng. Akhirnya, water canon pun berbicara. Tembakan water canon yang diarahkan ke demostran membuat demonstran lari kocar-kacir, mobil sound system pun juga tak luput dari hajaran tembakan water canon. Setelah mendapatkan tembakan kurang lebih 30 detik, sound akhirnya tidak berfungsi dan mobil pun pergi dari lokasi demonstrasi. Setelah sound system lumpuh, komando dari koordinator demonstran tidak bisa didengarkan oleh peserta demonstrasi.
Ketika perlawanan demonstran di sisi depan Pemda melemah, gantian sisi timur pemda mendapatkan tekanan dari anggota Forkos dan Forum Komunikasi Putra-Putri TNI/Polri (FKPPI). Aparat Dalmas yang berada di pintu masuk Pemda sisi timur kewalahan mendapatkan tekanan dari demonstran. Melihat anggota Dalmas kewalahan, pasukan Brimob yang telah bersiap-siap dengan peralatan lengkap maju menggantikan Dalmas.
Ketika Brimob maju, demonstran sempat kewalahan, namun massa yang datang dari sisi selatan ikut membantu teman-temannya dengan melempari aparat dengan batu dan pecahan pot bunga. Aksi lempar batu tersebut sempat melukai salah satu demonstran yang berasal dari FKPPI yaitu Rahmad. Rahmad terkena lemparan batu dari arah dalam, lemparan tersebut melukai pelipis bagian kirinya dan mengeluarkan darah.
Aksi dorong dan lempar batu di pintu Pemda sisi timur tersebut semakin memanas. Mobil water canon yang tadinya berada di pintu sisi depan Pemda, beralih ke sisi timur dan menembakkan air ke arah demonstran. Namun, massa tetap bertahan dan melempari aparat. Melihat kondisi yang semakin menegang, akhirnya Brimob menembakkan gas air mata. Setelah mendapatkan serangan gas air mata, massa demonstran lari menyelamatkan diri karena tidak kuat dengan efek perih dan sesak yang ditimbulkan oleh gas air mata tersebut. Sejumlah wartawan yang meliput di luar Pemda juga merasakan gas air mata tersebut dan akhirnya masuk ke Pemda untuk menghilangkan efeknya.
Setelah mendapatk tembakan gas air mata, demonstran menjauh dan berkumpul di sisi selatan alun-alun Sragen dan mereda. Tak lama kemudian, massa kembali beraksi. Mereka kembali membakar ban bekas. Mereka juga mendatangi Rumah Dinas Bupati yang berjarak 300 meter dari Kantor Pemda. Sesampainya di Rumah Dinas Bupati, massa langsung adu dorong dengan personel Dalmas hingga mengakibatkan satu orang pendemo luka di bagian belakang kepala kepalanya karena lemparan bambu dari temannya sendiri yang rencananya ditujukan ke Polisi.
Aksi di depan Rumah Dinas Bupati hanya berlangsung sekitar 30 menit. Massa kembali berkonsentrasi di depan Kantor Pemda Sragen. Mereka kembali merusak taman kota di sekitar alun-alun Kabupaten Sragen. Kondisi Jl Veteran dan Jl Raya Sukowati menjadi semrawut. Puing-puing taman berserakan di jalan. Sekitar pukul 16.00 WIB, massa bergerak ke pertigaan Pungkruk. Di depan kantor kecamatan Pungkruk, massa membakar sebuah sepeda motor Supra Fit dengan plat nomor AD 2071 JF. Aksi tersebut mengakibatkan jalan Solo-Sragen macet total.
Karena membuat jalan macet sepanjang ratusan meter, aparat Dalmas didatangkan untuk mengamankan aksi tersebut. Sempat terjadi adu mulut dan dorong-mendorong antara Dalmas dengan massa demonstran yang kurang lebih berjumlah 15 orang itu. Karena kalah jumlah dan peralatan, akhirnya massa berhasil  didorong ke pinggir jalan dan api pun dipadamkan, sehingga jalan kembali normal. Meskipun jalan sudah normal, aksi dorong masih terjadi di barat rambu lalu lintas Pungkruk, massa sempat melempari aparat dengan batu. Namun, massa tetap kalah dan kejar-kejaran pun terjadi.
Setelah hampir 30 menit berlangsung, akhirnya massa kembali ke depan Pemda dan berkonsentrasi di alun-alun Sragen. Rencananya mereka akan menginap, namun sekitar pukul 19.30 WIB massa kemudian membubarkan diri dan pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar