Kamis, 24 Februari 2011

PNS ATAUKAH GURU ANAK EMAS BANGSA INDONESIA
Oleh Ady S

Lima belas persen tiap tahun bagi Kamu
Seratus ribu apakah terus berjalan
Bagi kami orang tersisih
Tersisih sebagai Anak Negeri
Tiap bertanya Kamu diam
Tiap mengadu kamu mengangguk
Tiap menjerit kamu terdiam
Tiap…tiap…tiap apa lagi!!!
Jeritanmu dibayar lima belas persen
Jeritan Kami hanya seratus ribu
Tangisanmu menaikkan bayarmu
Tangisan Kami kebijakan itu salah sasaran

Puisi di atas menggambarkan keadaan rakyat kecil yang tidak merasakan kebijakan pemerintah dalam hal bantuan langsung tunai dana kompensasi BBM. Tahun 2006 merupakan tahun emas bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Indonesia. Mengapa disebut tahun emas, padahal semua tahun itu sama saja? Cobalah tanyakan saja kepada sebagian PNS yang kurang kerjaan itu! Lho, kenapa dikatakan kurang kerjaan padahal pekerjaan mereka banyak, bukankah mereka juga pelayan masyarakat? Tunggu dulu, jangan cepat marah dan salah paham dalam menyikapi kata-kata tersebut.
Coba ingatlah dan lihat kenyataan di lapangan, kebanyakan mereka (PNS) masuk jam 08.00 pagi seperti rutinitas kantor biasanya. Setelah upacara / apel pagi (itupun kalau mereka lagi dalam keadaan “ mood ”, kadang sebagian PNS hanya nongkrong di atas sepeda menunggu apel pagi selesai) terus mengerjakan tugas rutin yang selesai jam 10.00 pagi. Setelah itu mereka tidak ada pekerjaan sama sekali. waktu luang tersebut mereka gunakan untuk nongkrong, merokok, bercanda ria, shopping dan yang menyedihkan bermain catur serta kartu, bahkan lebih parah lagi pulang sebelum waktunya (bolos : red).
He….he…. para PNS, janganlah kalian marah dikatakan seperti itu. Lihat dan pikirlah apa yang ditulis di atas itu semuanya benar? Apakah perlu Anda-Anda bertanya pada rumput yang bergoyang? Tak bisa dipungkiri lagi mulai tahun 2006, pemerintah telah memberikan angin segar bagi PNS dengan cara menaikkan gaji dan pemberian gaji ke-13 yang telah di mulai Juli 2006, yang notebene tidak pantas untuk diterima oleh pengabdi masyarakat yang tidak “ becus ” dalam bekerja. Hal itu dilakukan pemerintah karena alasan klasik dan sangat tidak masuk akal yaitu “ karena kenaikan BBM, kebutuhan / kesejahteraan PNS berkurang, PNS juga memerlukan biaya tambahan bagi anaknya masuk sekolah ”. Untuk itulah pemerintah menaikkan gaji mereka, supaya mereka lebih sejahtera.
Silahkan kalau yang dinaikkan itu gaji Guru, yang terkenal dengan sebutan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. padahal dari tangan-tangan mereka pejabat yang sekarang berada di puncak kekuasaan pemerintahan Negara ini berada. Bagaimana pendidikan ini dapat berkualitas bila kesejahteraan mereka tidak terpenuhi.
Belum lagi masalah kenaikan gaji yang menyakitkan rakyat kecil itu selesai, pemerintah memberikan kesempatan kepada para pengangguran untuk melamar menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di seluruh Indonesia dengan alasan kebutuhan PNS masih kurang. Padahal kenyataan di lapangan banyak PNS yang “ nganggur ” (tidak ada kerjaan), karena satu pekerjaan harus diselesaikan oleh lima orang PNS. Lalu yang kurang itu PNS mana, yang belum memadai itu yang mana? Andai kata gedung-gedung perkantoran itu bisa bicara, pasti mereka akan memperlihatkan bukti dan kejengkelan mereka terhadap kinerja para PNS yang katanya “ siap melayani masyarakat ”.
Iming-iming gaji tinggi dan masa depan yang terjamin telah memaksa banyak orang “ berjubel ” untuk bisa jadi PNS. Bagi pengangguran itu adalah awal masa depan mereka dalam menghadapi kehidupan ini dan bagi pemerintah sendiri, mereka bangga karena yang mendaftarkan diri dalam CPNS sangat besar. Mereka mengenggap kalau PNS adalah profesi yang mulia sehingga harus diberikan penghargaan dengan menaikkan gaji mereka. Hal itu menunjukkan kalau pengangguran di negara kita sangatlah besar dan sebenarnya pemerintah harus malu dengan kenyataan itu.
Berdasarkan kenyataan itu apakah kita perlu ikut-ikutan jadi PNS demi terjaminnya kesejahteraan masa depan kita? Marilah sama-sama merenung dan instropeksi diri, benarkah PNS menjamin kesejahteraan kita, menjamin masa depan kita jadi cerah? Mungkin kita semua tidak sadar (tapi penulis yakin kalau semua yang baca ini masih sadar, sadar terhadap kehidupan ini). Kalau menjadi PNS adalah suatu pekerjan yang paling berat dan beresiko di dunia maupun di akhirat nanti kalau kita sudah meninggal.
PNS, kata yang sangat “ ngetrend ” di telinga semua orang baik itu di kota ataupun pelosok desa. Tapi dibalik ketenarannya tersembunyi bahaya yang menakutkan bagi semua orang yang beragama, yaitu beban moral dan hukum karma bagi anak cucu di dunia dan bagi mereka sendiri di akhirat.

PNS Sebagai Beban Moral
Pegawai Negeri Sipil (PNS), pasti tidak mau kalau profesinya itu disebut sebagai profesi yang mempunyai beban moral. Mereka merasa kalau mereka itu bekerja untuk pemerintah dan mereka dibayar oleh pemerintah. Itulah salah satu alasan dan jawaban bodoh dari mereka. Kok bisa disebut bodoh ya………padahal mereka orang-orang terpilih dan pintar. Kan, untuk jadi PNS harus melewati ujian dan persaingan yang ketat. Tapi tunggu dulu, lihat ke belakangnya! Dia itu masuk PNS karena pintar otaknya atau pintar pakai uang, terpilih karena lolos ujian atau terpilih karena pakai uang atau yang lainnya? Tanyalah kepada Nomor Induk Pegawai (NIP) mereka, dan bagi PNS sendiri tanyakan ke nomor NIP Anda masing-masing. Pasti NIP itu akan berbicara yang sebenarnya mengenai tingkah laku Anda.
Mengapa PNS disebut pekerjaan yang mempunyai beban moral? Mari kita sama-sama bertanya ke hati nurani kita. bagaimana orang yang bekerja untuk rakyat dan mereka mendapatkan gaji dari uang rakyat, tetapi mereka mengerjakan pekerjaan itu dengan seenaknya? Ketika ada orang mengurus surat-surat ke suatu instansi pasti mereka akan melihat begitu banyak PNS yang ber-ongkang kaki. Kalaupun kita menegur pasti mereka akan marah, disamping itu mereka dengan seenaknya memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka sok pintar, padahal belum tentu masyarakat itu lebih bodoh dari mereka yang kerja di instansi tersebut. Cuma masyarakat sadar kalau yang bekerja itu tidak menggunakan hati nurani mereka, mereka hanya berbicara masalah uang.
Banyak masyarakat yang mengeluh kalau pelayanan yang diberikan para pekerja instansi itu semaunya mereka. Katanya mereka siap melayani masyarakat tapi buktinya……? Lihat saja di Kecamatan ataupun di Intansi Pemerintah pasti akan dijumpai pemandangan yang mengasyikkan itu! Bukankah itu yang dinamakan sebagai beban moral? Memang yang membayar itu pemerintah, tapi uang yang digunakan adalah uang pajak dari rakyat, secara tidak langsung mereka itu adalah pekerja yang bekerja kepada rakyat, tapi mengapa mereka bersikap arogan mau menangnya sendiri?
Seharusnya PNS dikumpulkan dan diberikan siraman rohani agar mereka bisa bekerja sesuai dengan gaji mereka paling tidak dua minggu sekali. Di samping untuk mengoptimalkan kerja juga untuk mencegah terjadinya “ penilepan ” dana atau korupsi.

Hukum Karma Anak Cucu dan Akhirat
Semua pasti sudah tahu apa itu “ hukum karma ”, Hukum ini tidak memandang ataupun memihak siapapun, orang yang berbuat entah itu Presiden, Jenderal, Konglomerat ataupun rakyat kecil pasti akan menerima akibatnya. Hal itu berlaku juga bagi para PNS, mereka saat ini bisa bergembira karena gaji telah naik, tapi mereka tidak menyadari kalau anak cucu mereka akan menanggung semua beban mereka saat ini.
Tapi kalau mereka sadar, itu pun hanya sebatas pemahaman yang dangkal. Mereka menganggap dengan menimbun kekayaan anak cucu mereka akan terjamin hidupnya. Sehingga berbagai cara mereka gunakan untuk menghasilkan uang, seperti : memark up dana proyek, memanipulasi data dan menaikkan retribusi guna menambah pemasukan dan sebagainya.
Sungguh naif sekali, padahal mereka orang yang beragama tapi kenapa mereka melanggar ajaran agamanya sendiri? Hanya demi kepentingan sesaat, kepentingan duniawi padahal hukum karma di akhirat sudah menunggu dengan jelas.

“ JANGAN MARAH WAHAI PNS-KU, SADARLAH! KENAIKAN GAJIMU BEBAN MORAL BAGIMU SEBAGAI ANAK EMAS NEGERI INI. JANGAN KAU ABAIKAN TERIAKAN KAMI, TERIAKAN RAKYAT KECIL YANG TERSISIH DI NEGERI SENDIRI!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar