Senin, 21 Februari 2011

Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen Membunuh Karir Atlit Bulutangkis

Situasi Sragen yang akhir-akhir ini memanas karena kritikan dan pengawasan dari berbagai elemen, ternyata tidak membuat para pejabat di dinas maupun instansi pemerintahan berbenah diri. Tetapi, keteledoran dan kesan mencari kesan kesalahan semakin terlihat jelas. Hal itu juga terjadi di Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen saat mengirimkan atlit bulutangkis ke ajang Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional SMP Se-Jawa Tengah yang dilaksanakan di GOR Jatidiri Semarang 18-21 Juni 2010 lalu. Berikut hasil investigasi Tim Kilat.
Senyum keramahan dan sambutan yang hangat terpancar dari Supangat Devi, official sekaligus orang tua Devi Novita Sari. Namun, wajah penuh kekecewaan dan kesedihan terlihat jelas dari sang anak. Karena kesalahan dan keteledoran yang dilakukan adalah pihak Dinas Pendidikan yang tidak mendaftarkan atlit bulutangkis putri atas nama Devi Novita Sari mewakili Kabupaten Sragen, menjadi penyebabnya. Karena tidak didaftarkan, otomatis Devi tidak bisa ikut bertanding. Rasa kecewa dan lemas bercampur menjadi satu saat mengetahui dirinya tidak ada dalam daftar pertandingan.
“Siapa yang tidak kecewa mas. Persiapan yang saya lakukan selama tiga bulan berlatih pagi dan sore sia-sia. Semua impian itu hancur gara-gara dinas yang tidak mendaftarkan saya di event 02SN kemarin.” Jelas Devi ketika ditemui Kilat di rumahnya.
Kejadian tersebut baru diketahui pada hari Jum’at, 18 Juni 2010. Ketika sampai di lokasi pertandingan, official terkejut saat melihat jadwal pertandingan yang telah dikeluarkan panitia. Dalam jadwal tersebut, nama Devi Novita Sari tidak tercantum dalam daftar. Ketika dilakukan protes dan ditanyakan ke panitia, pihak panitia menyuruh untuk tanya langsung ke panitia yang dari Sragen.
Setelah ditanya ke panitia dari Sragen, diketahui kalau nama Devi tidak dicantumkan karena pihak sekolah asal Devi belum mengirimkan data atlit. Mendengar alasan yang terkesan dicari-cari, Supangat Devi selaku official tidak bisa menahan emosi. Pihak panitia dari dinas sendiri ternyata juga tidak menghadiri acara sidit undian yang dilakukan pada hari Senin sebelum pertandingan digelar, dan juga tidak menghadiri technical meeting.
“Saya tahunya pas hari Jum’at ketika sampai di lokasi. Ketika lihat jadwal pertandingan, saya kaget nama Devi kok tidak ada. Padahal berkas administrasi persyaratan, termasuk surat tugas dari sekolah dan dinas pendidikan juga sudah kami sertakan. Setelah saya tanya ke panitia pertandingan ternyata dari Dinas Pendidikan Sragen tidak mendaftarkan Devi.” Jelas Supangat Devi, official yang mendampingi Devi di Semarang.
Kemarahan yang ditunjukkan official memang sangat beralasan. Sebab kelalaian panitia dari Dinas Pendidikan itu telah membuat anak asuhnya tidak hanya kehilangan kesempatan, tetapi juga kehilangan masa depan dalam kejuaraan bulutangkis. Terlebih lagi, kesempatan Devi untuk memenangkan kejuaraan O2SN tersebut sangat besar. Karena lawan yang ikut dalam O2SN SMP tingkat provinsi ini sudah dikalahkan dalam kejuaraan bulutangkis yang diikuti Devi.
“Demi mempersiapkan O2SN ini saya rela tidak mendaftarkan Devi ke turnamen lain karena saya tahu, event ini adalah event bergengsi. Karena setelah juara di tingkat provinsi akan maju ke nasional dan terakhir di tingkat Asia. Tapi semua itu sudah hilang dan tidak akan pernah kembali hanya karena keteledoran dari Dinas Pendidikan Sragen.” Tambah Supangat dengan penuh kekecewaan.
Lebih lanjut Supangat menambahkan, setelah mengetahui Devi tidak bisa ikut bertanding, dirinya langsung pulang bersama Devi menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan pulang dirinya hampir mengalami kecelakaan saat ban sepeda motornya bocor sebanyak dua kali, dan akhirnya harus ganti ban. Lengkap sudah kekecewaan dan penderitaan di hari itu.
Selain itu, Mbah Pangat, pelatih dan pemilik PB Mekar Jaya tempat Devi berlatih juga marah dan kecewa dengan kejadian ini. “Saya sangat kecewa, karena kejadian ini telah membuat atlit down dan mental bertandingnya menurun. Ini sama dengan membunuh karir atlit. Devi itu sampai tidak ikut kejuaraan-kejuaraan yang menentukan peringkat nasional hanya karena persiapan O2SN ini. Tapi apa yang terjadi, setelah ada kesempatan tidak bisa ikut bertanding.” Jelasnya.
Mbah Pangat menambahkan, permasalahan ini juga telah dilaporkan ke Bupati Sragen. Sedangkan dari dinas sendiri mengakui kalau hal itu merupakan kesalahan dari panitia dinas pendidikan. Namun sampai berita ini ditulis, belum ada pernyataan tertulis maupun lisan dari dinas pendidikan kepada Devi Novita Sari maupun officialnya.
Sampai berita ini ditulis, atlit yang berusia 14 tahun ini masih memendam kekecewaan yang begitu mendalam. “Saya masih malas untuk berlatih, karena tidak ada semangat lagi. Coba bayangkan saja mas, setelah capek-capek menyiapkan O2SN ini selama 3 bulan, tapi di hari H tidak bisa ikut bermain. Itu semua gara-gara dinas pendidikan yang tidak profesional dan tidak bisa bekerja dalam memajukan daerahnya melalui ajang O2SN ini”.  Jelas atlit yang baru menjuarai 12 kejuaraan bulutangkis yang diselenggarakan di Pulau Jawa dan Bali.

Supangat Devi (orang tua dan official Devi Novita Sari) :
Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen Tidak Tanggung Jawab
Ajang bergengsi Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional SMP Se-Jawa Tengah telah berlangsung tanggal 18-21 Juni 2010 lalu. Namun, pertandingan bergengsi yang tidak dapat diikuti oleh atlit bulutangkis putri asal Sragen Devi Novita Sari yang ternyata tidak didaftarkan dinas pendidikan Sragen itu masih menyisakan duka dan kekecewaan yang mendalam dalam diri atlit dan officialnya. Berikut ini wawancara Kilat dengan (Supangat Devi) official dan sekaligus orang tua Devi.
Kilat :
Bagaimana reaksi Anda saat mengetahui Devi Novita Sari tidak ada dalam daftar pertandingan ?
Supangat Devi :
Setelah mengetahui nama Devi Novita Sari tidak ada dalam daftar pertandingan, saya selaku official langsung melakukan protes. Namun protes yang kami lakukan tidak berarti dan tidak bisa mengubah keputusan panitia yang sudah melakukan tiga kali perubahan daftar pertandingan. Pihak panitia pertandingan menyarankan agar saya menanyakan ke panitia dari Sragen.
Kilat :
Tanggapan dari panitia yang berasal dari Sragen bagaimana ?
Supangat Devi :
Ternyata panitia yang dari dinas pendidikan Sragen sendiri tidak mengikuti sidit undian yang dilakukan pada hari Senin sebelum pertandingan di gelar, dan mereka (panitia Sragen) juga tidak menghadiri technical meeting. Mereka beralasan, tidak didaftarkannya Devi karena pihak sekolah yaitu SMPN I Sragen belum mengirimkan data atlit.
Kilat :
Terus, apa memang SMPN I Sragen tidak mengirimkan data atlit ?
Supangat :
Kalau alasannya karena data atlit belum dikirimkan itu hanya mengada-ada mas, karena data atlit itu akan betul-betul ditanyakan saat atlit masuk ke delapan besar, dan itu pun sudah kita persiapkan semuanya. Panitia dari dinas itu tidak tahu akan peraturan pertandingan, tapi mereka tidak mau mengakui kelemahannya. Perlu diketahui, kalau pemilihan atlit untuk mewakili Sragen maju ke O2SN ini tanpa melalui seleksi. Melainkan dengan cara comot langsung (mengambil langsung) dengan menunjuk Devi Novita Sari dari SMPN 1 Sragen untuk mewakili Sragen di ajang O2SN.
Tetapi, meskipun dicomot langsung, pihak dinas tidak mendaftarkan atlit di panitia pertandingan, bukan hanya itu saja. Pihak dinas juga tidak memperhatikan kondisi atlit, dengan kata lain atlit tersebut ditelantarkan.
Kilat :
Perasaan Anda terhadap kejadian yang menimpa Devi ini bagaimana ?
Supangat Devi :
Kita selaku official dan orang tua dari Devi Novita Sari sangat-sangat kecewa terhadap sikap dinas tersebut. Sampai sekarang juga belum ada pihak dinas pendidikan yang menemui kami atau Devi terkait kejadian dan keteledoran dinas pendidikan tersebut.
Sampai sekarang Devi belum mau latihan karen masih down dan kecewa. Betapa tidak mas, selama tiga bulan berturut-turut, Devi harus menjalani latihan yang ketat pada pagi jam 04.30-06.00 WIB dan sore hari jam 14.00-18.00 WIB, kecuali hari Rabu. Semua itu dijalani Devi di tengah-tangah kesibukan dirinya sebagai siswa di SMPN 1 Sragen yang pembelajarannya sangat padat.
Selain itu, Devi harus rela tidak ikut pertandingan yang diselenggarakan untuk menetapkan peringkat nasional. Itu semua dilakukan untuk persiapan O2SN ini. Karena kita sudah mengetahui kalau lawan yang akan dihadapi adalah atlit-atlit yang sudah pernah dikalahkan oleh Devi dalam kejuaraan-kejuaraan lainnya. Jadi kesempatan Devi untuk maju ke ajang nasional bahkan internasional (dalam hal ini Asia) menjadi sirna.
Kilat :
Tanggapan dari dinas pendidikan sendiri bagaimana?
Supangat Devi :
Dari yang dimuat di media, katanya dinas akan menjamin untuk melakukan evaluasi terhadap permasalahan ini, tapi sampai sekarang mas, tidak ada pihak dinas pendidikan yang datang menemui saya maupun Devi. Mereka sepertinya lepas tanggung jawab terhadap permasalahan ini.
Mereka tidak mengetahui kerugian yang harus ditanggung oleh atlit dan orang tua karena gagalnya bertanding di pertandingan O2SN ini. Untuk melakukan persiapan dalam meraih juara diperlukan pengorbanan yang sangat besar baik materi maupun spiritual. Tapi itu semua juga diabaikan oleh pihak dinas pendidikan yang menjadi tumpuan para generasi muda dalam menyiapkan kemajuan bangsa.
Selain itu, atlit-atlit dari daerah lain telah mengetahui dan mengakui kemampuan dari Devi, tapi mengapa dinas pendidikan Sragen tidak mengetahui kemampuan tersebut? “Kok sedemikian teledornya dinas pendidikan menangani atlit.”




Devi Novita Sari : Impian Saya Sudah Hancur
Setelah mengetahui dirinya tidak masuk dalam daftar pertandingan yang dikeluarkan oleh panitia pertandingan O2SN, Devi Novita Sari langsung lemas dan pulang bersama Supangat Devi (orang tua selaku official) dengan naik sepeda motor. Namun, sampai berita ini ditulis, Devi masih memendam kekecewaannya.
Kilat :
Bagaimana perasaan Devi setelah 2 minggu ajang O2SN berlangsung ?
Devi Novita Sari :
Masih kecewa mas. Sampai sekarang pun saya belum mau latihan, karena rasa kecewa dan sakit saat dipermalukan oleh dinas pendidikan di hadapan teman-teman atlit dari daerah lain.
Kilat :
Kok bisa dipermalukan ?
Devi Novita Sari :
Gimana tidak dipermalukan? Katanya dikirim ke ajang O2SN, sudah dikasih surat tugas dari dinas pendidikan, tapi setelah sampai Semarang ejekan dari teman-teman atlit bermunculan. “Kenapa saya datang, kan saya tidak ikut bertanding.” Itu kata-kata mereka. Ternyata setelah membaca daftar pertandingan, nama saya tidak ada.
Kilat :
Sikap Devi selanjutnya bagaimana ?
Devi Novita Sari :
Saya akan menenangkan pikiran dulu mas. Pupus sudah harapan saya untuk membawa nama baik Sragen ke ajang Provinsi, Nasional, bahkan Internasional melalui bulutangkis. Itu semua karena dinas pendidikan yang tidak profesional dalam mengirim dan menangani atlit yang nota bene mewakili Kabupaten Sragen ke pertandingan tingkat provinsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar