Kamis, 24 Februari 2011

Simulasi Salah Satu Strategi Penyampaian PBM
Oleh
Yoga


Simulasi merupakan suatu strategi untuk memperoleh keterampilan dengan melalui latihan-latihan dalam situasi tertentu. Keterampilan yang diperoleh melalui latihan dalam situasi tiruan itu nanti akan merupakan bekal bagi para siswa dalam melakukan kegiatan yang sebenarnya dalam masyarakat orang dewasa. Kegiatan simulasi tersebut ada yang memang mempunyai sifat insingtif, ada pula yang memang sengaja dirancang secara sistematis.
Dalam dunia kanak-kanak kita sering menjumpai bentuk permainan seperti : pasaran, masak-masakan, anak-anakan, sekolah-sekolahan, manten-mantenan, perang-perangan dan sebagainya. Aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak itu bukanlah aktivitas yang tidak berguna, melainkan sangat bermanfaat untuk melatih keterampilan mereka. Permainan “pasaran” misalnya, sangat berguna untuk melatih keterampilan berjual beli sehingga setelah dewasa nanti mereka tidak canggung lagi untuk melakukan kegiatan jual beli yang sebenarnya. Atau permainan “sekolah-sekolahan”. Adanya peran mengajar layaknya guru dan murid sangat melatih pendidikan mereka dalam hal pendidikan. Bagaimana mendidik dan mengajar layaaknya guru. Kelak setelah dewasa mereka akan terbiasa mengajarkan atau melakukan “tutorial” terhadap masyarakat sekitar yang membutuhkan. Demikian pula halnya dengan permainan-permainan yang lain. Kegiatan mereka lakukan itu secara naluriah. Tidak ada yang menyuruh dan tidak ada pula yang mengajarinya. Serba alami.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, kegiatan-kegiatan seperti ini diarahkan dan dibina agar dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran. Jadi, beralasan sekali apabila simulasi sekarang ini mulai dikembangkan sebagai salah satu strategi penyampaian dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Tujuan Simulasi

Pada dasarnya tujuan simulasi dapat dibedakan menjadi tujuan langsung dan tujuan tak langsung. Secara langsung simulasi melatih cara pemecahan masalah dan untuk melatih mempelajari kehidupan masyarakat orang dewasa. Di dalam pengajaran bahasa sebagai media. Dapat dilatihkan keterampilan berbicara dan keterampilan mendengarkan. Sedangkan secara tidak langsung simulasi dapat meningkatkan kadar Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Memberikan dorongan belajar kepada siswa, membina solidaritas dan kerja sama, mengembangkan daya fantasi dan imajinasi siswa untuk mengusir kebosanan dan memberikan selingan rekreatif.

Prinsip-Prinsip Simulasi

Simulasi sebagai salah satu strategi dalam proses belajar-mengajar memiliki prinsip tertentu. Dalam setiap kegiatan simulasi tujuan atau keterampilan yang hendak dilatihkan harus dirumuskan dengan jelas.
Simulasi diarahkan untuk menyiapkan siswa dapat menghadapi situasi yang nyata dan dilakukan secara berkelompok. Keterampilan yang dilatihkan merupakan keterampilan paripurna dan mencapai semua ranah dalam taksonomi Bloom (kognitif, efektif dan psikomotorik). Perlu ditimbulkan kemungkinan pemecahan masalah dengan bermacam-macam cara, misalnya analogi, sebab – akibat dan sebagainya. Pemilihan topik dan masalah pun disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Kelebihan dan Kekurangan Simulasi

Simulasi mempunyai bentuk kelebihan. Simulasi pada umumnya menggembirakan dan memberikan keleluasaan. Siswa tergerak untuk berpartisipasi. Hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonkritkan dengan berbagai perbuatan dan tingkah laku. Karena dalam situasi yang sebenarnya, jika terpaksa ada kesalahan tidak akan berakibat fatal. Kreatifitas guru dan siswa pun memperoleh kesempatan untuk berkembang. Selain itu interaksi akan terjalin secara wajar, sehat dan intensif. Tidak memerlukan pengarahan yang berlebihan, simulasi ini dapat berlangsung. Siswa yang rendah diri sekalipun dapat terdorong untuk berpartisipasi. Berbagai macam dan tingkat keterampilan dapat dilatihkan dalam waktu bersama.
Sedangkan kekurangan simulasi ini tidak begitu banyak. Pelaksanaan simulasi menyita banyak waktu. Tidak semua aspek kehidupan dapat disimulasikan. Pada hakikatnya simulasi hanya merupakan peniruan sebagian kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, siswa sadar bahwa yang mereka lakukan hanyalah kegiatan pura-pura. Keberhasilan simulasi sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan siswa.

Main Peran (Role Playing) sebagai salah satu bentuk simulasi

Main peran merupakan kegiatan yang berupa penampilan tingkah laku, sikap, watak dan perangai suatu peran untuk menciptakan imajinasi yang dapat menggambarkan peristiwa yang sebenarnya. Sebagai media pengajaran bahasa main peran dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih berbicara dengan kalimat-kalimat yang sesuai dengan pola yang diajarkan. Mereka dapat memahami kalimat yang diucapkan orang lain secara tepat sesuai dengan apa yang dimaksudkan. Siswa pun dapat menghadapi situasi yang terjadi dalam masyarakat sebenarnya.
Pelaksanaan main peran harus dilakukan bertahap. Dimulai dari pendahuluan untuk mengenal masalah dan memilih masalah yang dipresentasikan. Setelah itu pemilihan peserta yang akan memerankan. Di samping itu juga disiapkan pengamat, yang akan mengamati tingkah laku dan kebahasaannya. Pengaturan tempat harus disesuaikan dengan jalan ceritanya. Pada saat pelaksanaan permainan, masing-masing bekerja sesuai dengan tugasnya. Pada akhir permainan perlu dievaluasi dan didiskusikan. Bila perlu permainan diulang kembali untuk mencapai kesempurnaan. Di akhir permainan tahap dua ini siswa dapat mengungkapkan pengalaman mereka dan menggeneralisasikannya.
Mengingat simulasi ini hampir tidak memerlukan biaya dan peralatan yang mahal, sebaiknya simulasi dipilih sebagai strategi penyampaian dalam PBM. Keistimewaan yang terletak pada adanya unsur kegembiraan dan pelatihan keterampilan kebahasaan secara terpadu dengan unsur non kebahasaan. Akan tetapi, sungguh sayang karena masih banyak yang belum menerapkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar