Kamis, 24 Februari 2011

JANGAN KELUARKAN KATA BENCI
Oleh : INUNK

Malam semakin larut, yang terdengar hanya bisikan dan tiupan angin malam. Aku tak dapat memejamkan mata, serasa semuanya membuatku tersiksa saat kuingat kejadian itu.
 “ Kak, Aku ingin bicara, beri Aku sedikit waktu untuk menjelaskan semuanya “, Tapi Kak Andre diam.
“ Kak , ma’afin Aku ?” Ucapku lirih
“ Nggak, Aku yang salah, Kamu nggak usah merasa bersalah !” Jawab Kak Andre.
“ Kak, sepulang sekolah Aku tunggu di kantin sekolah ya Kak ?“ Aku terus lari ke kelas
“ Apakah Kak An benar marah denganku, hingga Dia tak mau menemui Aku lagi ?” Gumamku dalam hati
“ Luk, nunggu siapa kok sendiri ?” Sapa Toni padaku sambil menepuk pundakku.
 “ Nunggu Andre ya ? Kulihat Dia masih duduk sendiri di bangkunya. Paling ngelamunin Kamu yang cantik ?” Canda Toni kepadaku.
“ Makasih ya Ton atas pujiannya. Ntar Aku kasih hadiah. Aku duluan Ton !” Aku terus berlari ke kelas.
“ Kak An !” Panggilku pelan di depan pintu kelas yang begitu sunyi.
“ Belum pulang Luk, ntar dicari lho sama Ayahmu. Katanya kalau pulang terlambat Ayahmu khawatir, takut diambil orang “, Sindir Kak Andre dengan senyum yang manis.
“ Kak, ma’afin Aku ya ? Kemarin Aku nggak sengaja kalau perkataanku nyakitin hati Kakak. Sebenarnya Aku ingin terus terang kalau Aku sudah punya janji sama Dito, jadi Aku nggak bisa datang ke ultah Kakak. Ma’afin Aku ya ?” Jelasku pada Kak Andre.
“ Kenapa harus bohong padaku kalau ada tambahan pelajaran ”. Tanya Kak Andre dengan nada marah.
“ Kak sebenarnya Aku ingin jujur, tapi jika Aku katakana kalau Aku jalan sama Dito, Kakak pasti marah. Kakak kan nggak suka Aku jalan bareng sama Dito “. Kataku dengan penuh rasa takut.
“ Kak, met ultah, moga Tuhan selalu melindungi Dirimu “. Kataku dengan perlahan mengambil bungkusan kecil yang dari tadi mengisi tasku dan langsung kuserahkan padanya.
“ Makasih Kamu memang Adikku yang baik “, Jawab Kak Andre dengan senyum kecilnya.
***
Ting…tong….bel rumah berbunyi.
“ Luckynya ada Bu ?” Tanya Cowok cakep.
Ada, sebentar saya panggilkan. O..ya silakan masuk Dik “, Ajak Ibuku.
“ Luk, dicari tuh sama Cowok cakep. Keliatannya Dia anak baik – baik ?” Sindir Ibuku.
Aku terus bergegas ke ruang tamu dengan penuh penasaran.
“ Hallo Dit, udah lama nunggu ?” Tanyaku basa – basi menutupi keterkejutanku.
“ Baru aja kok “, Jawabnya dengan nada santai.
“ Sebentar ya Dit, Aku ambilkan minum dulu ?” Kataku masih penuh dengan tanda tanya.
“ Nggak usah Luk. Aku ingin ajak Kamu keluar sebentar. Aku ingin bicara sama Kamu. Aku akan bicara terus terang sama Kamu “. Jawab Dito seraya meminta dengan penuh harap.
“ Sebentar Aku pamit dulu sama Ibuku !” Kujawab sambil melangkah pelan pamit Ibuku.
Kami terus berangkat. Jantungku terus berdebar kencang bertanya – tanya apa yang sebenarnya akan dibicarakan Dito. Kami pun berhenti di rumah makan yang agak sepi.
“ Luk, sebenarnya Aku ingin katakana sesuatu sama Kamu, tapi sebelum Aku mengatakannya berjanjilah sama Aku, Kamu akan penuhi permintaanku “, Kata Dito memulai pembicaraannya sambil makan.
“ Dit, Aku akan usahakan jika permintaanmu dapat kupenuhi Aku janji “. Kujawab dengan terbata – bata.
“ Luk, Aku sayang Kamu. Sejak dari dulu sebelum Kamu mengenal Andre, tapi Aku tak pernah berani mengatakannya. Aku tahu Kamu suka Andre, tapi Aku ingin Aamu jadi milikku “, Dengan sorot tajam.
“ Kenapa Kamu mengatakan semua ini padaku, padahal Kamu tahu Aku menyayangi Kak Andre lebih dari diriku. Aku ingin Kamu mengerti Aku “. Jelasku tanpa dapat menatap wajah Dito.
“ Kamu egois Luk, Aku menyayangi Kamu, tapi Kamu tak mau mengerti !” Bentak Dito padaku.
“ Ma’afin Aku Dit, Aku nggak bisa. Ayo kita cepat pulang hari semakin malam !” Ajakku pada Dito.
Dito hanya diam. Dalam perjalanan kami hanya diam, tak terasa sudah sampai depan rumahku.
“ Luk, gimana Kamu mau menerima Aku kan ?” Kata Dito memaksaku.
“ Ma’af Aku nggak bisa “. Jawabku singkat dan kutinggalkan Dito agar tak menambah masalah.
***
“ Kak An, Aku ingin bicara denganmu. Beberapa hari ini Aku cari Kak Andre nggak ada. Memang Kak Andre pergi ke mana sibuk cari pacar atau sibuk ngurusin ujian ?” Tanyaku tanpa mau berhenti.
Ada apa sih Luk, apa ada masalah katakana saja. Kakak akan bantu sebisa Kakak ?” Tanya Kak Andre.
“ Kak, Aku ingin terus terang, selama ini Aku nggak pernah sembunyikan apapun dari Kakak. Aku nggak bisa bohong sama Kakak. Minggu kemarin Dito datang padaku dan mengajak Aku keluar. Dia katakan kalau Dia suka sama Aku, gimana menurut Kakak, apa yang harus Aku lakukan ?” Ucapku memberi tahu.
“ Luk, jawab yang jujur saja kalau Kamu sayang atau tidak sama Dito. Aku nggak ingin Kamu salah dalam mengambil keputusan. Aku sayang sama Kamu ?” Jelas Kak Andre dengan halus.
“ Kak An khan tahu siapa yang Aku sayangi. Selama ini hanya Kak An yang ada dalam hatiku “, Bisikku
“ Benarkah itu Luk ?” Tanya Kak Andre.
Aku hanya bisa mngangguk, tanpa dapat menjawab.
***
Telepon rumah berdering dan langsung kuangkat.
“ Hallo, bisa bicara dengan Luky ?” Sapaan dari seorang Ibu di seberang sana.
“ Saya sendiri, ini dengan siapa ya ?” Tanyaku.
“ Ini dengan Ibu Dito. Apakah Luky tahu kemana Dito pergi, sudah seminggu Dito nggak pulang, kalau Luky tahu tolong bujuk Dito pulang. Ibu sangat khawatir “.
“ Baiklah Bu, Luky akan bantu cari Dito “. Sambil  menutup telepon.
Aku sebenarnya tidak tahu harus mencari kemana. Keesokan harinya Aku bertanya sama Kak Andre.
“ Kak, Aku ingin tanya tapi jangan marah ya ?” Tanyaku pada Kak Andre.
“ Mau tanya apa, apa Aku masih sayang Kamu ?” Canda Kak Andre yang membuatku tersipu malu.
“ Kak, Aku serius nich. Apakah Kak Andre tahu siapa teman dekat Dito saat ini. Kemarin Ibunya telepon, katanya Dito sudah seminggu tidak pulang “! Jawabku dengan nada sinis karena merasa dicuekin.
 “ Kak An !” Jawabku kesal.
“ Kita ke rumahku dulu. Aku kasih tahu alamat Ibnu padamu. Saat ini Dito dekat sama Ibnu”.
Setelah mendapatkan alamat Ibnu, Aku langsung pergi ke rumah Ibnu.
 “ Dicari tuh sama Luky, Dia sudah lama nunggu Kamu. Cepat temui sana “! Bujuk Ibnu.
 “ Dit kenapa Kamu nggak mau pulang, kenapa Kamu melakukan semua ini. Apa Kamu sadar kalau Kamu telah menyakiti perasaan Ibumu ?” Tanyaku tanpa dapat menahan emosiku.
“ Apa urusanmu memperhatikan keadaanku, toh Kamu juga yang telah membuatku seperti ini, tapi Kamu sendiri yang nggak sadar !” Bentak Dito padaku.
“ Dit bukan maksudku menyakiti perasaanmu. Aku nggak bisa menyayangi orang lain. Di hatiku hanya ada Kak Andre. Kuharap Kamu mau mengerti ?” Jelasku pada Dito yang masih bermuka masam.
 “ Dit, jangan benci Kak Andre karena Dia memiliki diriku. Aku nggak ingin persahabatanmu dengan Kak Andre retak. Aku yakin Kak Andre akan mema’afkan Kamu !“ Aku meminta kepada Dito.
“ Sekali lagi makasih Luk “, Jawab Dito pelan.
Aku hanya menganggukkan kepala terus pulang.
***
“ Hallo Luk, sendiri nich ?” Sapa Kak Andre mengagetkanku.
“ Eh…Kak Andre, apa kabarnya ?” Jawabku setengah sadar.
“ Aku baik – baik saja. Gimana kangen nggak sama Aku ?” Ejeknya.
“ Aku nggak kangen, tapi rindu banget sama Kakak. Eh…Gimana ujiannya sulit nggak ?” Tanyaku.
“ Kalau dekat Kamu mana sich yang nggak bisa Aku kerjakan ?” Gurau Kak Andre.
“ Aku percaya, siapa dulu ? Kakakku “. Sindirku pada Kak Andre.
“ Luk, Aku dengar akhir – akhir ini Kamu dekat dan sering jalan bareng Dito. Aku ingin Kamu jawab jujur ?” Tanya Kak Andre dengan wajah serius.
“ Kak, Aku memang dekat dengan Dito tapi Kami nggak ada hubungan apapun, Kami hanya sekedar sahabat nggak lebih dari itu “. Ku jawab dengan keyakinan.
 “ Luk, Aku tahu Kamu sayang Aku, Aku juga nggak ingin kehilangan Kamu “. Jawab Kak Andre.
“ Makasih Kak”. Jawabku sambil menganggukkan kepala.
“ Pulang yuk Luk, sudah siang Aku mau cari seseorang “. Ajak Kak Andre padaku.
Aku hanya diam termenung tanpa mendengarkan ajakan Kak Andre. Di benakku muncul seribu pertanyaan yang Aku sendiri nggak tahu harus memulai dari mana.
“ Luk kok masih diam, sudahlah Aku nggak marah lupakan saja apa yang pernah Aku katakan tadi “. Hibur Kak Andre.
“ Melupakannya ? Semudah itukah ?” Bisikku pelan.
“ Apa yang Kau katakana ?” Tanya Kak Andre.
“ Ah nggak…..Ayo Kak pulang ?” Kuulangi ajakan Kak Andre.
Aku dan Kak Andre menuju tempat parkir sepeda, tak seperti biasanya Kak Andre hanya diam. Apa yang sebenarnya terjadi pada diri Kak Andre ? Apakah semua ini akan berakhir ? Desahku dalam hati.
Sudah seminggu Aku tak bertemu dengan Kak Andre. Aku nggak tahu kenapa perasaanku begitu kacau. Aku cari namun tak satupun yang tahu. Aku selalu menunggunya di koridor sekolah tapi tak bertemu.
“ Ayo……Lagi ngelamunin siapa ? Ntar dijahilin lho sama yang nunggu sekolah ini “. Ledek Toni.
“ Ton, Kamu tahu nggak Kak Andre dimana ? Kamu kan temen dekatnya apa Kamu tahu kemana Kak Andre pergi ?” Tanyaku pada Toni.
“ Kemarin Aku bersamanya, tapi untuk saat ini Aku nggak tahu “. Jawab Toni.
“ Kamu benar nggak tahu atau Kamu disuruh pura – pura tak tahu ?” Desakku pada Toni.
“ Apa Andre nggak bilang sama Kamu ? Saat ini Dia kan sibuk ngurusin suratsurat “. Jelas Toni.
Surat? Emangnya untuk apa Kak  Andre ngurusin surat, selama ini Dia nggak pernah cerita tentang surat ?” Tanyaku penasaran.
“ Katanya Andre mau pergi dari sini untuk bekerja. Kemarin Dia bilang kalau dapat surat dari Ayahnya dan Dia harus pergi “. Jawab Toni.
“ Makasih ya Ton ?” Kujawab dan Aku pun segera putuskan untuk pulang, karena Aku tak dapat menahan air mataku.
Kubuka pintu kamar dan mataku tertuju pada sepucuk surat bersampul warna merah kesukaanku. Kubaca surat itu tertera sebuah kata maaf dan selamat tinggal. Apa yang dimaksud dengan semua ini.
“ Bu, siapa yang kirim surat ini ?” Tanyaku pada Ibu .
“ Tadi Andre kesini. Dia bilang kalau besok mau pergi dan Kamu disuruh datang ke Stasiun “. Kata Ibu.
Tanpa bertanya lagi Aku pergi kerumah Kak Andre. Aku tak tahan untuk menunggu besok.
“ Assalamu’alaikum “. Sapaku.
“ Wa’alaikum salam, eh….Kamu Luk, ayo masuk “, Ajak Kak Andre.
“ Makasih Kak, Aku cuma sebentar. Kak, kenapa Kak Andre lakukan semua ini padaku, jika Kak Andre marah atau tak sayang lagi padaku katakan saja ?” Kataku pada Kak Andre.
“ Luk, Aku melakukan semua ini bukan keinginanku “. Nada pelan Kak Andre.
“ Jika bukan keinginan Kak Andre, kenapa Kak Andre melakukannya ? Kenapa Kak Andre pergi secepat itu tanpa mengatakan lebih dulu padaku ?” Tanyaku berulang kali.
“ Luk, Aku pergi tak ada rencana lebih dulu semua ini di luar dugaanku. Aku terima surat dari Ayah kalau Dia harus pergi keluar negeri karena nenekku sakit dan Aku harus menggantikan Ayahku “.
 “ Luk kutunggu di stasiun jam delapan pagi….!” Teriak Kak Andre.
“ Oh Tuhan, apakah Aku harus menemui Kak Andre “. Kataku pelan.
Tanpa berpikir panjang aku pergi ke stasiun untuk menemui Kak Andre.
 “ Ma’afin Aku  Kak, Aku ngerti semua ini demi masa depan Kakak “. Kataku.
 “ Ma’afin Aku Luk, jika Tuhan mengijinkan Kita akan bersama tapi jika Tuhan berkata lain jangan ada kata benci dihatimu, Aku tak berani janji karena Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku sayang kamu Luk “. Kata Kak Andre sambil memelukku.
“ Aku juga sayang Kak Andre jangan lupa kirim kabar ke Aku “. Kataku lirih.
 “ Selamat jalan Kak, hati – hati do’a dan rinduku akan tetap untukmu “. Kataku.
“ Makasih Luk “. Jawab Kak Andre.
Suara kereta api terdengar melengking di telinga. Kak Andre memberikan bungkusan kecil dan segera naik kereta. Kereta pun melaju cepat.
“ Selamat jalan Kak, Aku janji Aku takkan menangis untuk semua ini “ . Kataku terakhir.
Semua berjalan begitu cepat. Selama lebih dua tahun aku dan Kak Andre bersama tanpa disadari waktu telah memisahkan kita berdua. Aku akan menerima dengan tabah. Tak kan ada kata benci dengan keadaan yang telah memisahkan kita. Aku akan tetap menanti sampai Kak Andre kembali bersamaku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar